Jumat, 26 September 2014

Belajar dan penerapanya



BAB I
PENDAHULUAN


A.      LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Memasuki abad 21 sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global.Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang berkualitas adalah pendidikan.
Dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok.Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraansetiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik, baik ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik.Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan.Prestasi in tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebid substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.
Masalah ini banyak ditemukan dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas, oleh karena itu, perlu menerapkan strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasi serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, inti dari belajar adalah adanya perubahan perilaku karena adanya suatu pengalaman.Perubahan perilaku tersebut dapat berupa perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan apresiasi. Adapun pengalaman dalam proses belajar adalah bentuk interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Di dalam makalah ini akan dibahas tentang definisi dan arti penting belajar, agar masyarakat luas dan mahasiswa khususnya yang akan menjadi calon pendidik dapat mengetahui pengertian dan pentingnya proses belajar yang dilengkapi dengan teori- teori pokok belajar yang melandasi proses dan fase- fase belajar.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apa definisi dan arti penting belajar?
2.      Teori apa saja yang termasuk ke dalam teori- teori pokok dalam belajar?
3.      Bagaimana proses dan fase yang terjadi di dalan belajar?

C.      TUJUAN
Dari rumusan masalah di atas penyusunan makalah ini bertujuan untuk:
1.      Untuk mengetahui dan memahami definisi dan arti penting belajar
2.      Untuk mengetahui dan memahami teori- teori pokok belajar
3.      Untuk mengetahui dan memahami proses-proses dan fase belajar











BAB II
PEMBAHASAN

A.      DEFINISI DAN ARTI PENTING BELAJAR
1.      Definisi Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik, baik itu berada di lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi / materi pelajaran. Orang beranggapan demikian biasanya akansegera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.
Selain itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai pelatihan belaka seperti yang tampak pada pelatihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniyah tertentu meskipun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.
Suatu pendapat mengatakan bahwa belajar adalah kegiatan-kegiatan fisik atau badaniah. Hasil yang dicapai adalah berupa perubahan dalam fisik itu, misalnya: dapat berlari, mengendarai mobil dan sebagainya.
Sebaliknya pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah kegiatan rohani atau psikis. Hasil belajar yang dicapai adalah perubahan dalam jiwa seperti memperoleh pengertian tentang bahasa, bersikap susila dan sebagainya.
Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya bahwa belajar adalah. . . a process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya, BF Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat ( reinforce ).
Chaplin dalam Dictionary of Psychology  membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi: ... acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan perilaku yang relative menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman. Rumusan keduanya Process of Acquiring responses as a result of special practice, belajar adalah proses memperoleh respon- respon sebagai akibat adanya pelatihan khusus.
Seperti yang dikemukakan oleh George J. Mouly dalam bukunya Psychology for Effective Teaching , bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Pendapat senada disampaikan oleh Kimble dan Garmezi menyatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinal melalui pengalaman dan pelatihan pelatihan.
Dengan demikian, inti dari belajar adalah adanya perubahan perilaku karena adanya suatu pengalaman .Perubahan perilaku tersebut dapat berupa perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan apresiasi.
Selanjutnya dalam kamus paedagogik dikatakan bahwa belajar adalah berusaha memiliki pengetahuan atau kecakapan. Seseorang telah mempelajari sesuatu terbukti dengan perbuatannya. Ia baru dapat melakukan sesuatu hanya dari hasil proses belajar sebelumnya. Tapi harus diingat juga bahwa belajar memiliki hubungan yang erat dengan masa peka, yaitu suatu masa dimana sesuatu fungsi maju dengan pesat untuk dikembangkan.
Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek perilaku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:
"Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya"
 Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Jika demikian, apakah ciri- ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar?
1.      Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang- kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, bahkan kebiasaannya bertambah.
2.      Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi bisa menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.
3.      Perubahan dalam belajar bersifat positif-aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan- perubahan ini senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4.      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap/ permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dilatih.
5.      Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar- benar disadari. Misalnya seorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar senantiasa dilakukan terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkan.
6.      Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Sebagai contoh jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik sepedaa itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan- perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis- jenis sepeda, pengetahuan tengtang alat- alat sepeda, cita- cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus. Jadi aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.

Dari beberapa definisi di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa: Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan  di dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar. Tentu saja kita menginginkan agar perubahan yang terjadi dalam diri kita adalah perubahan yang berencana dan bertujuan. Kita belajar dengan sesuatu tujuan lebih dulu kita tetapkan.

2.      Arti Penting Belajar
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam  setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikanpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah, manusia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah di bumi, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan- keputusan penting untuk hidupnya.
E.L. Thorndike meramalkan, jika kemampuan belajar umat manusia dikurangi setengahnya saja maka peradaban yang ada sekarang tak akan berguna bagi generasi mendatang. Bahkan, mungkin peradaban itu sendiri akan lenyap ditelan zaman (Howe, 1980).
Belajar juga memainkan peran peting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah- tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa- bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis juga muncul karena hasil belajar. Meskipun ada dampak negative dari hasil belajar sekelompok manusia tertentu, kegiatan belajar tetap memiliki arti penting. Alasannya, seperti yang telah dikemukakan di atas, belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya, dengan ilmu dan teknologi, hasil belajar kelompok manusia tertindas itu juga dapat digunakan untuk membangun benteng pertahanan.
Selanjutnya, dalam perspektif keagamaan pun (islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surah Mujadalah: 11 yang artinya: … niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang- orang beriman dan “berilmu”. Ilmu dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.
Untuk mencapai hasil belajar yang ideal seperti di atas, kemampuan para pendidik teristimewa guru dalam membimbing belajar murid- muridnya amat dituntut. Jika guru dalam keadaan siap dan memiliki profisiensi (berkemampuan tinggi) dalam menunaikan kewajibannya, harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah tentu akan dicapai.


B.       TEORI- TEORI POKOK BELAJAR
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
Di antara sekian banyak teori yang berdasarkan hasil eksperimen terdapat tiga macam teori yang sangat menonjol, yakni: connectionism, classical conditioning, dan operant conditioning.
Teori- teori tersebut merupakan ilham yang mendorong para ahli melakukan eksperimen- eksperimen lainnya untuk mengembangkan teori- teori baru yang juga berkaitan dengan belajar seperti teori Gestalt, teori pendekatan kognitif Piaget, teori belajar konstruktivisme,teori pemrosesan informasi, teori Jerome Bruner, teori David Ausubel, teori R. Gagne.

1.    Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874- 1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1980-an. Eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan- hewan terutama kucin untuk mengetahui fenomena belajar.
Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji dilengkapi dengan peralatan, keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (peti teka teki) itu merupakan stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di muka pintu. Mula- mula kucing tersebut mengeong, mencakar, melompat bahkan berlarian, namun gagal membuka pintu tersebut. Akhirnya entah bagaimana kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini kemudian dikenal dengan namainstrumental conditioning. Artinya, tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki (Hintzman, 1978).
Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons.Itulah sebabnya, teori koneksionisme juga disebut “S-R Bond Theory” dan “S-R Psychology of Learning”. Di samping itu, teoriini juga terkenal dengan sebutan “Trial and Error Learning”. Istilah ini menunjuk pada panjangya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan (Hilgard & Bower, 1975).
            Artinya, jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan (mengganggu) efek yang dicapai respons semakin lemah pula hubungan stimulus dan respon tersebut.

2.    Pembiasaan Klasik
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849- 1936) seorang ilmuwan besar Rusia yang berhasil menggondol hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973).
Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan- hubungan antara conditioned stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR), dan unconditioned-response (UCR). CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respons yang dipelajari, sedangkan respons yang dipelajari itu sendiri disebut CR. Adapun UCS berarti rangsangan yang menimbulkan respons yang tidak dipelajari, dan respons yang tidak dipelajari iyu disebut UCR.
Anjing percobaan itu mula- mula diikat sedemikian rupa dan pada salah satu kelenjar air liurnya diberi alat penampung cairan yang dihubungkan dengan pipa kecil. Kemudian dilakukan eksperimen berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel (CS) bersama- sama dengan pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS). Agar lebih jelas, dibawah ini terdapat model eksperiman pembiasaan klasik.

Sebelum Eksperimen
Pemberian makanan         (UCS)                          Air liur keluar (CR)
Bunyi bel                          (CS)                             Tidak ada respons

Eksperimen/ Latihan
Bunyi bel                         (CS)                              Pemberian makanan (UCS)

Setelah Eksperimen
Bunyi bel                         (CS)                             Air liur keluar (CR)

Berdasarkan eksperimen di atas, semakin jelaslah bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons.

3.    Pembiasaan Perilaku Respons
                        Teori pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh di kalangan para ahli psikologi belajar masa kini.Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904), seorang penganut behaviorisme yang dianggap kontraversial.Tema pokok yang mewaarnai karya- karyanya adalah bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi- konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri (Bruno, 1987).
            Operant  adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat (Rober, 1998). Respons dalam operant conditional terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer.
Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan namaSkinner Box. Peti sangkar ini terdiri atas dua macam komponen pokok, yakni: manipulandum dan alat pemberi reinforcementyang antara lain berupa wadah makanan.
Dalam eksperimen mula- mula itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari ke sana kemari, mencium benda- benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya.Aksi- aksi ini disebut “emitted behavior” (tingkah laku yang terpencar), yakni tingkah laku yang terpencar dari organisme tanpa mempedulikan stimulus tertentu. Kemudian secara kebetulan salah satu emitted behavior tersebut dapat menekan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah disebut tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi dengan reinforcement, yakni penguatan berupa butir- butir makanan yang muncul pada wadah makanan.
Jelas sekali bahwa eksperimen Skinner di atas mirip sekali dengan trialand error learning yang ditemukan oleh Thorndike. Dalam hal ini, fenomena tingkah laku belajar menurut Thorndike selalu melibatkan satisfaction/ kepuasan, sedangkan menurut Skinner fenomena tersebut melibatkan reinforcement/ penguatan. Dengan demikian, baik belajar dalam teori S-R Bond maupun teori operant conditioning langsung atau tidak, keduanya mengakui arti penting law of effect.

Teori belajar hasil eksperimen Thorndike, Skinner, dan Palvov di atas secara principal bersifat behavioristic dalam arti lebih menekankan timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat ditiru. Teori- teori itu juga bersifat otomatis- mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respons, sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.

4.    Teori Gestalt (Organis)
                        Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman.Menurut teori ini, jiwa manusia merupakan satu keseluruhan yang bulat, bukan tanggapan- tanggapan (elemen- elemen).Jiwa manusia bersifat hidup dan aktif, berinteraksi dengan lingkungan. Karena itu belajar menurut pandangan ini berarti mengalami, bereaksi, berbuat, berpikir secara kritis.
                        Beberapa asas atau prinsip belajar menurut teori Gestalt:
1.      Belajar berdasarkan keseluruhan
2.      Belajar adalah suatu proses perkembangan
3.      Belajar adalah reorganisasi pengalaman
4.      Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa
5.      Belajar berlangsung terus menerus
6.      Belajar harus dengan insight
7.      Terjadi transfer

5.      Teori Belajar Konstruktivisme
            Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan- aturan lama dan merevisinya apabila aturan- aturan itu tidak lagi sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori- teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002: 8).

6.    Teori Pendekatan Kognitif Piaget
            Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Teori perkembangan piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun system makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka.
Menurut piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan  kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut dapat dilihat pada table berikut:
Tahap
Perkiraan Usia
Kemampuan- kemampuan Utama
Sensorimotor




Pra Operasional




Operasi Konkret







Operasi Formal
Lahir sampai 2 tahun




2 sampai 7 tahun




7 sampai 11 tahun







11 tahun sampai dewasa
Terbentuknya konsep “kepermanena objek” dan kemajuan gradual dari perilaku reflektif ke perilaku yang mengarah pada tujuan.

Perkembangankemampuan menggunakan symbol- symbol untuk menyatakan objek- objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi.

Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuan- kemampuan baru termasuk penggunaan operasi- operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.

Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah- masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.

Menurut Piaget (dalam Slavin, 1994: 145), perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Pendapat piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak- anak adalah sebagai berikut:
1.      Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, mereka mempunyai cara yang khas untuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya. Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.
2.      Perkembangan mental pada anak melalui tahap- tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
3.      Walaupun berlangsungnya tahap- tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap aanak.
4.      Perkembangan mental anak dipengaruhi 4 faktor:
a.       Kematangan
b.      Pengalaman
c.       Interaksi social
d.      Equilibration (proses dari ketiga factor diatas bersama- sama untuk membangun dan memperbaiki struktur mental.

7.    Teori Penemuan Jerome Bruner
                        Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (Discovery Learning). Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik.
                        Bruner menyarankan agar siswa- siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep- konsep dan prinsip- prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen- eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip- prinsip itu sendiri.

8.    Teori Belajar Bermakna David Ausubel
                        Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep- konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Dahar, 1988: 137). Factor yang paling penting yang memengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian (Dahar, 1988: 143). Pernyataan inilah yang menjadi inti dari teori belajar Ausubel.
                        Dengan demikian agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep- konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa.

9.    Teori dari R. Gagne
                        Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu:
1.      Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
2.      Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
      Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori yang disebut “The domains of learning” yaitu:
1.      Keterampilan Motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya melempar bola, main tenis, mengetik huruf dan sebagainya.
2.      Informasi Verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar; dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu ini perlu intelegensi.
3.      Kemampuan Intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan symbol- symbol.Kemampuan belajar inilah yang disebut “kemampuan intelektual”, misalnya membedakan huruf m dan n, menyebut tanaman sejenis.
4.      Strategi Kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir.Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan- perbaikan secara terus menerus.
5.      Sikap
Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan- ulangnan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.


C.      PROSES DAN FASE BELAJAR
1.    Definisi Proses Belajar
            Proses adalah kata yang berasal dari bahasa Latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”.Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), proses adalah Any change in any object or organism, particularly a behavioral  or psychological change. (proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan).
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara- cara atau langkah- langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil- hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.

2.    Fase- Fase dalam Proses Belajar
                        Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan- perubahan yang bertahap. Perubahan- perubahan tersebut timbul melalui fase- fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional.
                        Menurut Jerome S. Bruner, salah satu penentang teori S-R Bond (Barlow, 1985), dalam proses belajar, siswa menempuh tiga episode atau fase, yakni:
a.       Fase informasi (tahap penerimaan materi)
b.      Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
c.       Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
                        Dalam fase informasi (information), seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperlukan itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperluas, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
            Dalam fase transformasi (transformation), informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal- hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, fase ini akan berlangsung lebih mudah apabila disertai dengan bimbingan Anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk mempelajari materi pelajaran tertentu.
Dalam fase evaluasi (evaluation), seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuan (informasi yang telah diinformasikan tadi) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala- gejala lin atau memecahkan masala yang dihadapi.

Menurut Witting (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tahapan- tahapan yang mencakup:
a.    Acquisition (tahap perolehan/ penerimaan informasi)
b.    Storage (tahap penyimpanan informasi)
c.    Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
            Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahp ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya.
Pada tingkatan storageseorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman daan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses acquisition. Peristiwaini sudah tentu melibatkan fungsi short termdan long term memori.
Pada tingkat retrivalseorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi- fungsi system memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrivalpada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali item- item yang tersimpan dalam memori berupa informasi, symbol, pemahaman dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.























BAB III
PENUTUP


A.      KESIMPULAN
 “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam  setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi pendidikanpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia itu. Belajar juga memainkan peran peting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah- tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa- bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar.
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Di antara sekian banyak teori yang berdasarkan hasil eksperimen terdapat tiga macam teori yang sangat menonjol, yakni: connectionisme, classical conditioning, dan operant conditioning.
proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan- perubahan yang bertahap. Perubahan- perubahan tersebut timbul melalui fase- fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional.

B.       SARAN
Dari kesimpulan di atas penyusun memberikan saran bagi Mahasiswa, dengan membaca makalah ini diharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui arti penting belajar, teori- teori pokok dalam belajar, dan bagaimana proses dan fase belajar. Sehingga mahasiswa dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA



Trianto, 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ahmadi, Abu, 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah, Muhibbin, 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Slameto, 2010.Belajar & factor- factor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar